18 Januari 2016

STTAL Tampilkan Beberapa Prototipe Alutsista

18 Januari 2016


Purwarupa alat utama sistem persenjataan berupa sistem buoy sonar (photo : Antara)

STTAL Perkuat Alutsista Karya Anak Bangsa

Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) terus berinovasi melalui mahasiswanya. Banyak alat utama sistem persenjataan (Alutsista) baru maupun pendukung yang dihasilkan mahasiswa di dalam kampus yang lokasinya masuk area Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut (Kobangdikal), Bumimoro, Surabaya. 

Karya mereka memperkuat kemandirian bangsa terkait produksi alutsista. Karya anak bangsa itu dipamerkan bersamaan rapat senat terbuka (wisuda) 99 perwira dan bintara lulusan STTAl, di Gedung Moeljadi, Kompleks Kobangdikal, kemarin. Karuan saja inovasi ini cukup menyita perhatian sekaligus membuat bangga Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi. 

Bahkan orang nomor satu di jajaran TNI AL itu juga memberikan arahan saat ada hasil inovasi yang perlu pengembangan. Kapal tanpa awak, sistem pendeteksi ranjau, sistem informasi amunisi, sistem agenda surat, rak senjata SS-1 otomatis, almari pistol P226, sonar buoy, generator gas HHO, combat swimmer vehicle, dan baju penyelam adalah karyakarya yang dipamerkan. 

Kapal tanpa awak hasil pengembangan mahasiswa yang kemarin diwisuda cukup menyita perhatian. Ada 12 mahasiswa yang akhirnya diwisuda ikut dalam tim pengembangan kapal itu. Kapten laut (E) M Ali Khairuddin, salah seorang dari 12 anggota tim pengembangan kapal tanpa awak. 

Di hadapan KSAL, Ali menjelaskan sistem kerja kapal tanpa awak yang dikembangkan untuk digunakan dalam beberapa operasi maritim. Di antaranya, peperangan asimetris, pengamanan pangkalan, pembersihan ranjau, survei hydro oseanografi dan lainnya. Kegunaan lain kapal ini, sebagai kapal bantu, kapal bantu SAR, kapal bantu latihan, kapal riset iptek. 


Kapal tanpa awak (photo : Surya)

“Kapal yang satu ini dilengkapi sistem kendali senjata, kendali pertahanan, navigasi dan meteorologi, kamera monitoring, komunikasi data, pengendali darat, dan sistem tenaga listrik,” sebut Ali. Lampu sorot, antena GPS, motor, kamera belakang, speaker, sirene, antena receiver, sensor tekanan, senjata Kal 5,56 mm menjadi pendukung kapal tersebut. Pengoperasian kapal bisa dipantau monitor di ruang pengendali. 

Tidak kalah menariknya, almari pistol P226 karya empat wisudawan. Mereka, Serma Mes Apriadi Prasetiawan (D3 Teknik Mesin), Serka Mar Andi Septian (D3 Teknik Mesin), Serka TTU Anggoro Prasetyo (D3 Teknik Informatika), dan Serka PDK Fajar Kurniawan (D3 Teknik Informatika). 

Menilik teknisnya, lemari pistol ini dilengkapi kunci elektronika, mikrokontrol tergabung dengan kunci elektronika, komputer yang terinstal aplikasi sistem informasi gudang senjata, printer untuk laporan kekuatan senjata di gudang, serta lainnya. “Almari senjata dikembangkan untuk mempermudah personil atau pejabat jaga gudang dalam penyimpanan dan pengambilan pistol otomatis. 

Jurnal dan pelaporan keluar masuk juga lebih mudah,” sebut Andi Septian. KSAL Laksamana TNI Ade Supandi menegaskan, kemampuan pertahanan Indonesia sulit dibangun jika tidak memahami dan menerapkan teknologi. “Karena itu pemahaman dan penguasaan teknologi mutlak,” tandas Ade. 

Mantan Pangarmatim ini menegaskan, persentase kemandirian menghasilkan alutsista terus meningkat. Bahkan semakin menambah kuat upaya memenuhi tahap kedua Minimum Essential Force (MEF). (Koran Sindo)

2 komentar:

  1. malaysia patut mencontohi indonesia. .moga universiti pertahanan dimalaysia karya anak bangsanya mendapat perhatian dari Atm..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku rasa kita boleh buat bro...tapi masalahnya kerajaan kita dan masyarakat kita bro .. melihat barang buatan sendiri tidak berkualiti padahal kualiti kita sama saja..liat proton sebagai contoh betapa rakyat malaysia lebih bangga mempunyai kenderaan import seperti honda , toyota , bmw dan sebagainya daripada proton

      Hapus